TanamkanBagikan Unduh sekarang dari 12 Definisi Sindrom gawat napas akut (dewasa) adalah bentuk khusus gagal napas yang ditandai dengan hipoksemia yg jelas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. Edema paru nonkardiogenik juga dikenal dgn syok paru f Faktor
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tindakan Keperawatan Gawat DaruratDISUSUN OLEH īli!atun Khasanahī"$"%% PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHGOMBONG2015 Lī&O'īN KīSUS KELOLīīNKīSUS N & *erusia +, tahun- masuk IGD 'S . pada tanggal / maret 0"1- pukul "2"" 3I4dengan keluhan sesak na!as N & datang *ersama keluarga- saat pemeriksaan TT5 didapatkanhasil- TD 6 "7%" mmHg- N 6 2+ 87menit- '' 6 $+87menit Tingkat kesadaran N &9īmpīsmentis &engka;ian dilakukan pada tanggal / maret 0"1 pukul "2"" 3I4 Identitas Pasien Nama N & Umur +, tahun epat dan dangkal- kemudian pasien di*awa ke rumah sakit 'iwaat penakit dahulu pasien se*elumna = % tahun ang lalu pernah dirawat di rumah sakitdengan penakit ang sama tetapi tidak separah saat ini 'iwaat penakit keluarga keluarga pasien mempunai riwaat penakit asma aitu i*u pasien Pen$"a%ian P&i'e& īirwa tidak terdapat adana sum*atan ?se>ret ataupun darah- lidah tidak ;atuh ke *elakang- pasien kesulitan *ernapas- *atukA*atuk- pasien kesulitan *ersuara- terdengar wheeBing 4reathing terlihat pengem*angan dada kanan dan kiri simetris- pasien kesulitan saat *ernapas-'' $+87menit- irama napas tidak teratur- napas >uping hidung- terlihat adana penggunaan ītīt *antu pernapasan ?sternīkleidīmastīid- napas >epat dan pendek 9ir>ulatiīn TD "7%" mmHg- N 6 2+ 87menit reguler- nadi tera*a lemah- terdengar suara ;antung S dan S0 tunggal reguler- >appilar re!ille kem*ali C$ detik- tidak terdapat sianīsis-akral hangat Disa*ilit kesadaran pasien >īmpīs mentis dengan G9S ?E/-M+-51- pasien mengatakan>emas tentang kīndisina saat ini- pasien gelisah- terlihat tidak tenang- dan mengulang kataAkataE8pīsure ram*ut *eru*an dan kulit kepala tampak *ersih tidak terdapat hematīma- tidak terdapat luka pada tu*uh pasien dan keluar keringat *anak Pen$"a%ian Se"nde& Tingkat kesadaran 9M0G9S E/51M+$Tanda ī tanda īital TD "7%" mmHg- N 6 2+ 87menit- ''6 $+87menit- S6$ 9 6ī /&emeriksaan !isik aKepala ram*ut *eru*an- kepala *ersih- tidak ada hematīm *Mata ukuran pupil kanan7kiri ?$mm7$mm- rangsangan >ahaa pupilkanan7kiri ?F7F >Mulut sianīsis- mukīsa *i*ir keringdHidung tidak ada pīlip- *ersih- na!as >uping hidungeTelinga simetris- *ersih- tidak ada serumen!Leher tidak ada pem*esaran kelen;ar tirīid- tidak ada peningkatan <5&gDada &aru ī paruaskeppayah jantung. GAWAT DARURAT PD PAYAH JANTUNG-ODEM PARU. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PAYAH JANTUNG , ODEM PARU DAN GAGAL NAFAS. A. Konsep dasar. Gagal nafas yang terjadi pada klien dengan hard heart failure merupakan suatu proses sistematis yang biasanya merupakan peristiwa yang panjang dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung yang
GejalaEmboli Paru. Gejala emboli paru bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada luasnya bagian paru yang terkena, ukuran gumpalan darah, serta kondisi jantung dan paru-paru. Beberapa gejala dan tanda yang umumnya muncul akibat emboli paru adalah: Sesak napas yang muncul secara tiba-tiba.
LAPORAN PENDAHULUAN DYPSNEA SESAK NAFAS A. DEFINISI Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah āShortness Of Breathā. Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu 1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan paru-paru dan pernapasan, penyakit jantung atau trauma dada. 2. Dyspnea kronis menahun dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK, emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara. B. ETIOLOGI Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama. C. MANIFESTASI KLINIK Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru emfisema, bronkitis, asma, kecemasan Price dan Wilson, 2006. paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan, hal ini disebabkan oleh Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok Chandrasoma, 2006. Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler Price dan Wilson, 2006. Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak Reviono, dkk, 2008. D. PATOFISIOLOGI Inflamasi yang menyebar pada hepar hepatitis dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam itu juga terjadi kesulitan dalam hal billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi akibat kerusakan sel ekskresi dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi bilirubin indirek, maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi bilirubin direk.Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat abolis.Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. E. Pathway F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG G. TERAPI DAN PENGOBATAN - Oksigenasi H. ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN 1. Identitas Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada. b. Riwayat penyakit sekarang asma, CHF, AMI, ISPA. c. Riwayat penyakit dahulu pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk. d. Riwayat penyakit keluarga mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga pasien 3. Pola kesehatan fungsional Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen. b. Pola metabolik-nutrisi Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan. c. Pola eliminasi Perubahan pola defekasi darah pada feses, nyeri saat devekasi, perubahan berkemih perubahan warna, jumlah, ferkuensi d. Aktivitas-latihan Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. e. Pola istirahat-tidur Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat. f. Pola persepsi-kognitif Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien. g. Pola konsep diri-persepsi diri Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial, penilaian terhadap diri sendiri gemuk/ kurus. h. Pola hubungan dan peran Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang. i. Pola reproduksi-seksual Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji j. Pola toleransi koping-stress Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien. k. Keyakinan dan nilai Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien. 4. Pemeriksaan fisik a. Kesadaran kesadaran menurun b. TTV peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi c. Head to toe 1 Mata Konjungtiva pucat karena anemia, konjungtiva sianosis karena hipoksemia, konjungtiva terdapat petechie karena emboli atau endokarditis 2 Mulut dan bibir Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut 3 Hidung Pernafasan dengan cuping hidung 4 Dada Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal. 5 Pola pernafasan pernafasan normal apneu, pernafasan cepat tacypnea, pernafasan lambat bradypnea II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus b. banyak. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. III. INTERVENSI KEPERAWATAN NO DX I TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas 1 Buka jalan napas pasien jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas yang 2 Posisikan pasien untuk efektif, dengan kriteria hasil memaksimalkan Respiratory Status Airway patency No Indikator Awal 1. Pengeluaran 2 sputum 2. 3. pada jalan napas Irama napas 2 sesuai Keterangan Pasien untuk perlunya pemasangan alat jalan secret dengan suction 5 Auskultasi suara napas, catat bila ada suara 2 pernapasan diharapkan ā yang ā Ventilasi maksimal membuka area atelectasis. 2. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru napas buatan 4 Keluarkan yang diharapkan Frekuensi sesuai Tujuan 1 2 3 4 5 ā ventilasi. 3 Identifikasi 1. napas tambahan 6 Monitor rata-rata respirasi setiap pergantian shift setelah dilakuakan tidakan suction dan dan menurunkan pernafasan. 3. upaya Mencegah obstruksi/aspirasi. 4. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis. Ronki menunjukan akumulasi secret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan yang menimbulkan dapat penggunaan otot nafas aksesoris pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan. 1. 2. 3. 4. 5. Keluhan ekstrim Keluhan berat Keluhan sedang Keluhan ringan Tidak ada keluhan b. Suksion Jalan Napas 1 Auskultasi jalan napas 1. Mencegah sebelum dan sesudah obstruksi/aspirasi. Penghisapan suction dapat diperlukan bila pasien 2 Informasikan keluarga tidak mampu mengeluarkan tentang prosedur secret. suction 2. Penurunan bunyi nafas dapat 3 Berikan O2 dengan menunjukan atelektasis. menggunakan nasal maksimal membuka untuk memfasilitasi area atelektasis dan suksion nasotrakheal meningkatkan gerakan secret 4 Hentikan suksion dan kedalam jalan nafas besar berikan oksigen bila untuk dikeluarkan. Pasien menunjukkan pengeringan bradikardi peningkatan mukosa, membantu saturasi oksigen pengenceran sekret 5 Atur intake untuk 6. Pemasukan tinggi cairan cairan mengoptimalkan membantu untuk keseimbangan. 6 Jelaskan pada pasien mengencerkan sekret, dan keluarga tentang membuatnya penggunaan peralatan dikeluarkan. mudah O2, Suction, Inhalasi. II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 a. Manajemen Jalan Napas Airway management 1 Buka jalan napas 1 Pengkajian merupakan jam, klien dapat mencapai napas efektif, dengan Pasien dasar dan data dasar kriteria hasil 2 Posisikan Pasien untuk berkelanjutan untuk memantau Respiratory Status Ventilation memaksimalkan perubahan dan mengevaluasi ventilasi. Tujuan intervensi. No Indikator Awal 3 Identifikasi Pasien 1 2 3 4 5 2 Memposisikan pasien 1. Auskultasi 2 ā untuk perlunya semi fowler supaya dapat suara napas pemasangan alat jalan bernafas optimal. sesuai napas buatan 3 Deteksi terhadap 2. Bernapas 2 ā 4 Keluarkan secret pertukaran gas dan bunyi mudah dengan suction tambahan serta kesulitan 3. Tidak 2 ā 5 Auskultasi suara napas, bernafas ada tidaknya didapatkan catat bila ada suara dispneu untuk memonitor napas tambahan 6 Monitor penggunaan intervensi. 4 Dapat otot bantu pernapasan 7 Monitor rata-rata memperbaiki/mencegah penggunaan otot tambahan Vital sign Status No Indikator Awal Tujuan 1 2 3 4 5 respirasi pergantian setelah setiap memburuknya hipoksia 5 Memberikan rasa shift dan nyamandan mempermudah dilakuakan 1. Tanda Tanda 2 vital dalam ā tidakan suction pernapasan 6 Deteksi status respirasi rentang normal tekanan darah, nadi, pernafasan Keterangan 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan Vital sign monitoring Vital sign monitoring 1 Manifestasi distres 1 Observasi adanya tanda pernapasan tergantung tanda hipoventilasi pada/indikasi derajat 2 Monitor adanya keterlibatan paru dan status kecemasan pasien kesehatan umum terhadap oksigenasi 2 Takikardia biasanya 3 Monitor vital sign 4 Informasikan pada ada sebagai akibat pasien dan keluarga demam/dehidrasi tetapi dapat tentang tehnik relaksasi sebagai untuk pola nafas. 5 Ajarkan respons terhadap memperbaiki hipoksemia 3 Selama periode waktu bagaimana ini, potensial komplikasi fatal batuk efektif 6 Monitor pola nafas hipotensi/syok dapat terjadi. 4 Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami pasien mengalami nyeri, khusunya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat. III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan Indikator Awal 1. Mendemonstrasi 2 Tujuan 1 2 3 4 5 ā 2 ā kan peningkatan dan oksigenasi yang adekuat Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan Ventilasi maksimal membuka area atelectasis. ventilasi 2. Posisi membantu 2 Pasang mayo bila perlu 3 Lakukan fisioterapi memaksimalkan ekspansi paru No 2. 1. memaksimalkan kriteria hasil Respiratory Status Gas exchange Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Respiratory Status ventilation Vital Sign Status ventilasi 1 Posisikan pasien untuk dada jika perlu 4 Keluarkan dengan batuk dan sekret menurunkan upaya pernafasan. atau obstruksi/aspirasi. suction 4. Penurunan bunyi nafas dapat 5 Auskultasi suara nafas, menunjukan atelektasis. Ronki catat adanya suara menunjukan akumulasi tambahan 6 Atur intake untuk secret/ketidakmampuan untuk cairan mengoptimalkan membersihkan jalan nafas yang keseimbangan. dapat menimbulkan 7 Monitor respirasi dan penggunaan otot aksesoris status O2 pernafasan dan peningkatan 8 Catat pergerakan kerja pernafasan. dada,amati 5. Pemasukan cairan yang kesimetrisan, banyak membantu 3. Mendemonstrasi 2 ā penggunaan otot mengencerkan kan batuk efektif tambahan, retraksi otot membuatnya dan suara nafas supraclavicular yang bersih, tidak ada sianosis dan intercostal 9 Monitor suara nafas, seperti dengkur 10 Monitor pola nafas dyspneu bradipena, mampu hiperventilasi, sputum, mampu catat area penurunan / tidak tidak adanya ventilasi 4. ada pursed lips AGD dalam 2 ā 5. batas normal Status ā neurologis batas normal Keterangan 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat cheyne stokes, biot 11 Auskultasi suara nafas, bernafas dengan dalam takipenia, kussmaul, mengeluarkan mudah, dan dikeluarkan. 2 dan suara tambahan 12 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental 13 Observasi sianosis khususnya membran mukosa sekret, mudah 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidak ada keluhan IV. EVALUASI Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang di berikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien di catat dan evaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuanyang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal EGC. Harahap. 2005. Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan USU. Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2000. Nursing outcome classification NOC. Philadelphia Mosby. McCloskey & Gloria M Bulechek. 1996. Nursing intervention classification NIC. USAMosby. Muttaqin. 2005. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba Medika Jakarta. NANDA. 2012. NANDA Internasional Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Jakarta EGC. Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta Salemba Medika
ASUHANKEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN. NYERI DADA . A. PENGERTIAN Ā· Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain) Ā· Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk
Viewaskep BIO MISC at Poltekkes Tanjung Karang. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. OM DENGAN CKD STADIUM V DI IGD MEDIK RSUP SANGLAH DENGAN TINDAKAN TERAPI OKSIGEN TANGGAL 27
A. DEFINISI o PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya GOLD, 2009. o PPOK/COPD CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya Price, Sylvia Anderson 2005 o PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale S Meltzer, 2001 o PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru Bruner & Suddarth, 2002. § PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel, terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya Snider, 2003. B. KLASIFIKASI Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut 1. Bronchitis Kronis a. Definisi Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut ā turut Bruner & Suddarth, 2002. b. Etiologi Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu 1 Infeksi stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae. 2 Alergi 3 Rangsang misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll c. Manifestasi klinis 1 Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akanmeningkatkan produksi mukus. 2 Mukus lebih kental 3 Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat. 4 Dinding bronchial meradang dan menebal seringkali sampai dua kali ketebalan normal dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena. 5 Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
1 DOKUMENTASI PADA GAWAT DARURAT. 2. Keperawatan Gawat Darurat ⢠Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien meraka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN SESAK NAFAS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PEMENUHAN O2 DIRUANG DAHLIA I RSU KOTA SIBOLGA Nama pasien Umur 62 Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Tgl masuk Rs 7 November 2017 Diagnosa MedisSesak Nafas + dipsnea No Rekam Medis Fokus Data SubjektifPasien mengalami sesak nafas dan dipsnea Data Objektif-TD160/100 mmHg -HR86 x/i -RR28 x/i - T 37 °C Pemeriksaan Diagnostik-Radiologi Foto thorax -Cek labDarah rutin Urine rutin Terapi yang diberikan-Obat kortikostiroid -Aminofilin DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung b/d perubahan perfusi jaringan yang ditandai dengan sesak nafas 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d gas darah abnormal ditandai dengan batuk efektif 3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gelisah batuk tidak efektif ditandai dengan napas caping hidung 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Gas darah yang tidak normal ditandai dengan batuk. C. INTERVENSI KEPERAWATAN/RASIONAL 1. Pantau TTV, beri obat, beri O2, atur posisi semifoculer kolaborasi dengan dokter 2. Kita lakukan tindakan suction/ bersihkan secret 3. Melakukan pemberian O2 4. Rencanakan perawatan pasien yang menggunakan ventilator 5. Melakukan teknik nafas dalam D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI No DK 1. PUKUL IMPLEMENTASI EVALUASI - memantau TTV -memberi obat -memberi O2 -mengatur posisi semifoculer -berkolaborasi dengan dokter S os mengatakan sesak nafas dan sakit kepala dibelakang O TD 160/100 HR 86/i RR 28/i T 37°C A Penurunan curah jantung B pertahankan curah jantung RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN VERTIGO+DYSPEPSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG DAHLIA I RSU .TOBING KOTA SIBOLGA Nama pasien Umur 63 Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Tgl masuk 9 November 2017 Diagnosa Medis Vertigi+Dyspepsia No rekam medis FOKUS Data SubyektifPasien mengatakan kepalanya pusing berputar Data objektif SensCompos Mentis Skala nyeri3 TD130/80 mmHg HR80x/i RR20x/i T35,2°C Pemeriksaan Diagnostik Terapi Yang Diberikan-Nacl 0,9% -Betahistin -Flunarizine -Domperidone DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan serebral yang b/d edema serebral sekunder yang ditandai dengan infeksi intrakranial. 2. Ketidakseimbangan nuttrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia 3. Intoleransi aktivitas b/d tirah baring ditandai dengan lemas KEPERAWATAN/RASIONAL 1. Pantau TTV ,Beri obat 2,Beri posisi Hand up 30° 2. Kaji status nutrisi 3. Timbang berat badan tiap hari 4. Ajarkan makan ttiap hari tapi sering 5. Kaji tingkat intoleransi aaktivitas 6. Berikan lingkungan yang tenang DAN EVALUASI NO PUKUL 1. IMPLEMENTASI -Mengkaji tingkat skala nyeri EVALUASI SPaien dapat melakukan aktivitas secara mandiri OPasien tampak lemas AMasalah teratasi PIntervensi dihentikan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN OTHER SCHIZOPHRENIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTTUHAN RASA NYAMAN DIRUANG DAHLIAA I RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur 53 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Tgl masuk Rs 10 November 2017 Diagnosa Medis Other Schizoprenia No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif 1. Pasien mengatakan tidak bisa tidur selama 3 hari 2. Pasien mengatakan sakit kepala,mencret+ 1x1 /hari 3. Pasien mengatakan kalau posisi tidur pasien tersebu sesak nafas 4. Pasien mengalami batuk berdahak Data Objektif SensSamnolen GCSeye3 verb5 motorik6 HR72x/i RR24x/i T 37,3°C Pemeriksaan Diagnostik -LaboratoriumUrine rutin Darah rutin Terapi Yang Diberikan lactate -Amprazolam -Ambroxol -Domperidone -Clozapim -Kalxetin 20 mg DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan istirahat tidur b/d koping individu tidak efektif KEPERAWATAN/RASIONAL TTV,Ciptakan suasana hening,Batasi pengunjung DAN EVALUASI NO PUKUL 1. IMPLEMENTASI -Memantau TTV -Menciptakan kondisi hening -Membatasi pengunjung EVALUASI SPasien mengatakan tidak bis tidur ± 3 hari OSensSamnolen TD120/80 mmHg HR72x/i RR24x/i T 37,3°C AGangguan istirahat idur PIstirahat tidur dapat dimulai dimalam hari RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN ISPA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PEMBERIAN 02 DIRUANG DAHLIA I RSU SIBOLGA Nama pasien Umur 34 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Tgl masuk Rs 11 November 2017 Diagnosa Medis ISPA,Typhoid Feriver,Anemia No Rekam Medis FOKUS Data SubjektifPasien mengatakan kepalannya pusing Data Objektif SensCompos Mentis TD100/60 mmHg HR88x/i RR20X/I T37,5°C Pemeriksaan Diagnostik - LaboratoriumHb/Leu/Pu10,2/6500+297000 - Tuber x Terapi Yang Diberikan-Bedrest -PCT -Ivfd Nacl 0,9% -Cetrizin -Ambroxol -Domperidon -Inj Cifraloxacim DIAGNOSA KEPERAWATAN suhu tubuh b/d proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 37,5°C nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil tinggi penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunderadanya infeksi penekanan imun. KEPERAWATAN /RASIONAL TTV minum banyak air putih obat antipiretik sesuai dengan instruksi dokter pasien untuk kompres hangat pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis pasien untuk istirahat ditempat tidur selama faase febris DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 1800 IMPLEMENTASI tanda tanda vital banyak minum obat obat antipiretik pasien untuk kompres hangat pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis pasien untuk istirahat dan tidur EVALUASI SPasien mengatakan badannya demam OSenscompos mentis TD100/60 mmHg HR88x/i RR20x/i T37,5°C APeningkatan tubuh suhu PSuhu tubuh normal RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN PARATYPHOID LEVEL A DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG MAWAR RSU SIBOLGA Nama Pasien An M Umur 9 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Tgl masuk Rs 13/11/2017 Diagnosa Medis Paratyphoid level A No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif mengatakan demam 4 hari sebelum masuk Rs merasa mual Data ObjektifSenscompos mentis -BB31Kg -Tinggi131 Cm -TD110/20 mmHg -HR100x/i -RR24x/i -T36,5°C Pemeriksaan DiagnostikLaboratorium Rutin Terapi Yang Diberikan Lactate Ranitidin Tablet DIAGNOSA KEPERAWATAN volume cairan b/d kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan dehidrasi b/d proses infeksi ditandai dengan kejang KEPERAWATAN/RASIONAL tanda dehidrasi minum per oral sesuai intoleransi pemberian infus sesuai order semua cairan keluar muntah,urine minum banyak tanda tanda infeksi suhu lingkungan yang nyaman pada pasien TTV dingin yang tinggi aliran darahnya cairan sesuai instruksi dokter antipiretik DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 1800 IMPLEMENTASI TTV minum banyak pemberian cairan infus semua cairan yang keluar antipiretik tanda dehidrasi minum per oral sesuai intoleransi kompres dingin yang tinggi aliran darahnya EVALUASI SIbu pasien anaknya demam mengatakan OK/u Lemah Kescompos mentis Demam AMasalah belum teratasi PIntervensi Dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN APENDICITIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DIRUANG MAWAR RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur 14 Tahun Jenis Kelamin Perempuaan Tgl masuk Rs 13/11/2017 Diagnosa Medis Apendicitis Akut No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif -Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah Data ObjektifSenscompos mentis TD120/80mmHg HR100x/i RR20x/i T36,5°C Pemeriksaan Diagnostik-LaboratoriumDarah rutin Terapi Yang DiberikanRencana Apendictomi Puasa DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 .Gangguan rasa nyaman nyeri b/d insisi pembedahan ditandai dengan nyeri perut kanan bawah 2 .Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman ditandai dengan pada luka operasi KEPERAWATAN/RASIONAL 1 .Beri penjelasan pada pasien tentang sebab dan akibat nyeri 2 .Anjurkan teknik relaksasi dan destraksi 3 .Bantu pasien menentukan posisi yang nyaman pada pasien 4 .Rawat luka secara teratur dan aseptik 5 .Kaji skala nyeri 6 .Beri obat sesuai instruksi dokter 7 .Beri penjelsan pada pasien tentang pentingnya perawatan luka 8 .Jaga luka agar tetap bersih dan kering 9 .Jaga kesehatan pasien dan lingkungan 10 .Observasi tanda ātanda vital 11 .Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai DAN EVALUASI NO PUKUL 1 1100 IMPLEMENTASI penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri pasien menentukan posisi yang nyaman teknik relaksasi luka secara teratur skala nyeri obat sesuai intruksi dokter luka agar tetap bersih kesehatan pasien tanda tanda vital EVALUASI SPasien mengatakan nyeri sebelah kanan baawah OK/u Lemah Skala nyeri2-3 AMasalah belum teratasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN VERTIGO DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG MAWAR RSU .TOBING SIBOLGA Nama Pasien Umur13 Tahun Jenis KelaminPerempuan Tgl masuk Rs15/11/17 Diagnosa MedisVertigo No Rekam Medis FOKUS Data subjektifIbu pasien mengatakan anaknya pusing Data ObjektifT37°C HR100x/i RR24x/i Skala nyeri2-3 K/u lemah Pemeriksaan DiagnostikLabA/L/T/11,3/7,5/353 Terapi Yang DiberikanIVFD 41 20 gtt Vastigo Ranitidin Neuradex Ambroxol DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 .Nyeri b/d stress dan ketegangan ,iritasi,tekanan saraf ,vasopressor,peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misalPerubahan posisi ,perubahan pola tidur gelisah 2 .Koping individu tidak efektif b/d ketidak adekuatan relaksasi,metode koping tidakefektif,kelebihan beban kerja . KEPERAWATAN/RASIONAL 1 .Pantau tanda tandaa vital 2 .Intensitas /skala nyeri 3 .Anjurkan pasien untuk istirahat ditempat tidur 4 .Anjurkan teknik relaksasi dan nafas dalam 5 .Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum 6 .Sarankan pasien untuk mengekspresikan perasaannya 7 .Berikan informasi mengenai sakit kepala,penenangan dan hasil yang diharapkan DAN EVALUASI NO PUKUL 1 1800 IMPLEMENTASI tanda tanda vital pasien untuk istirahat teknik relaksasi kapasitas fisiologis informasi mengenai penyebab sakit kepala EVALUASI SIbu pasien mengeluh ssakit kepala OSkala nyeri2-3 AGangguan nyeri rasa nyaman PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG MAWAR RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur3 Tahun Jenis KelaminPerempuan Tgl masuk Rs16/11/17 Diagnosa MedisFollow Up examination after other conditions No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif -Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun+,Perut mulas,tidak BAB ± 2 hari ,batuk berkali-kali Data ObjektifKescompos mentis HR100x/i RR28x/i T38,5°C Pemeriksaan Diagnostik Terapi Yang Diberikan- Infus RL 10 gttt -Paracetamol -Inj ceftriaxone -Diazepam -Microlsc pediatrik -Oralit DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh 38,5°C KEPERAWATAN /RASIONAL tanda-tanda vital obat sesuai intruksi dokter minum air hangat yang banyak demam kompres dengan air hangat DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 1100 IMPLEMENTASI tanda tanda vital obat sesuai instruksi dokter minum air hangat yang banyak kompres air hangat EVALUASI SIbu pasien mengatakaan anaknya demam naik turn OK/u Lemah AMasalah belum teratasi PIntervensi Dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN OBS FEBRIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG MAWAR RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur3 Tahun Jenis KelaminLaki-laki Tgl Masuk Rs18/11/17 Diagnosa MedisObs Febris ec typhoid No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif-pasien mengatakan badannya demam Data ObjektifKescompos mentis Berat Badan13,3 Kg Pemeriksaan DiagnostikHemoglobin11-1 Leukosit Terapi Yang DiberikanInfus RL Paracetamol Oralit DIAGNOSA KEPERAWATAN suhu tubuh b/d proses infeksi ditandai dengan demam KEPERAWATAN /RASIONAL kompres hangat pada pasien obat sesuai instruksi dokter minum air hangat yang banyak DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 2100 IMPLEMENTASI kompres hangat sesuai advice dokter tanda tanda vital minum air hangat yang banyak EVALUASI SIbu paasien mengatakan anaknya demam OK/U Lemah Demam AMasalah belum teratasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA EC DM TIPE 2 +HIPERTENSI DENGAN GANGGUAAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DIRUANG DAHLIA II RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur63 Tahun Jenis KelminPerempuan Tgl masuk Rs10/11/17 DiagnosaMedisHipoglikemia ec DM tipe 2+Hipertensi No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif-Pasien mengatakan demam -Pasien mengatakan sakit kepala Data ObjektifSenscompos mentis TD180/100 mmHg HR104 x/i RR24x/i T36,5°C Pemeriksaan DiagnostikLabHb/Leu/Pu11,2/10300/ Asam Urat 10,5 Ur/ur52/1,69 Na /u/cl KGDdr 523/35/2,8/91,75 EKGSinus takikardi,q/s rate 100x/i,Tinverted V2 V3 V4 V5 Terapi Yang Diberikan-IVFDNacl 0,9% -Allopirol -Simuasta -Antasida Catopril -Amlodipine -ISDN -Spironalasem -Ranitidin -Novomix -Ondamperon -KSR DIAGNOSA KEPERAWATAN rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan intravaskuler penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload vasokontriksi,iskemia miokard,hipertropi ventricular KEPERAWATAN/RASIONAL TTV aktivitas pemberian obat tirah baring merokok tindakan yang menyenangkan keberadan,kualitas denyutan sentral dan feriper warna kulit edema umum melakukan perawatan diri tindakan yang nyaman teknik relaksasi respon terhadap obat pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 1100 IMPLEMENTASI tanda tanda vital aktivitas pemberian obat tirah baring warna kulit edema kulit melakukan aktivitas perawatan diri tindakan yang nyaman pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi EVALUASI SPasien mengatakan kepalanya pusing OT36 AMasalah teratasi keperawatan PIntervensi dihentikan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN DYSPEPSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG DAHLIA II RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur45 Tahun Jenis KelaminLaki-laki Tgl masuk Rs10/11/17 Diagnosa MedisDyspepsia No Rekam Medis FOKUS Data SubjektifPasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mual Data ObjektifTD120/80mmHg HR82x/i RR20x/i T37,5°C Skala nyeri2 Kescompos mentis Pemeriksaan DiagnostikElektrokardiografiNormal Terapi Yang Diberikan-Diet MB -IVFD RL 30gtt/i -Ranitidin -Domperidon -Ranifil -Doxicilin -Bicnat -Hymin -Sicframin DIAGNOSA KEPERAWATAN rasa nyaman nyeri b/d rasa ingin mual yang ditandai pada perut bagian bawah kurang dari kebutuhan b/d rasa tidak enak seelah makan d/d anoreksia keseimbangan elektrolit b/d adanya mual ,muntah d/d kelemahan KEPERAWATAN /RASIONAL tanda-tanda vital skala nyeri pemberian obat makan tapi sering intake dan output secara periodik adanya anoreksia .mual,muntah cairan paling sedikit 2500ml/hari nadi kulit dan membran mukosa DAN EVALUASI NO PUKUL IMPLEMENTASI EVALUASI 1. tanda tanda vital skala nyeri pemberian obat makan sering tapi sedikit intake dan output adanya anoreksia cairan paling sedikit 2500 ml/hari nadi perifer SPasien mengatakan nyeri perut kanan bawah + 1800 OSkala nyeri2 T36,5°C AMasalah belum teratasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN OBS FEBRIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG DAHLIA II RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur44 Tahun Jenis KelaminLaki-laki Tgl masuk RsObs Febris Diagnosa MedisObs Febris No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif-Pasien mengatakan demam -Pasien mengatakan nyeri seluruh badan Data ObjektifSenscompos mentis Anemia-/-,Interi-/- TD130/80mmHg Spsesuai HR96x/i sr- RR24x/i Soepel,M/L/R/ T37°C Pemeriksaan DiagnostikHb/Leu/PCT9,6 18600/ Malaria + pusmo dalam KGDAdr89 Terapi Yang Diberikan bedrest - Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam Diet MII - suldox IFD RI - Rencana konsul THT - Kina B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi d/d suhu tubuh 37°C C. INTERVENSI KEPERAWATAN/ RASIONAL 1. Pantau TTV Pantau skala nyeri 2. Pantau suhu tubuh Kolaborasi pemberian obat D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI No Pukul DK 1. IMPLEMENTASI EVALUASI - Memantau TTV - Memantau skala nyeri - Memantau suhu tubuh - mengkolaborasi pemberian obat S O T 37,8°C Skala nyeri 3 pasien mengatakan demam dan nyeri seluruh badan + A masalah belum teratasi B intervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN ANEMIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN O2 DI RUANG DAHLIA II RSU TOBING SIBOLGA Nama pasien NN I Umur 44 tahun Jenis kelamin perempuan Tanggal masuk RS 23/11/17 Diagnosa medis Acute exacirbation of asma bronchial, anemiaex de fe No Rekam Medis A. DATA FOKUS Data subjektif pasien mengatakan sesak nafas, hal ini sesak 7 hari ini, batuk berdahak + sejak 1 minggu ini, demam +, riwayat nafas berbunyi +, maka pucat +, riwayat pendarahan spontan seperti mimisan, gusi berdarah -, BAB hitam, mudah capek , riwayat asma. Data objektif sensorik compos mentis TD 140/80mmhg RR 30 kali / i T 38,2 °C Pemerikasaan diagnostik HB/ leu/pu 615/13600/394600. KGD ADR 110 g/DL Terapi yang diberikan Transfusi darah 3 bungkus -betdrest -O2 2 kali nasalcanul -IVFD NaCl 0,9 % qtt/i - inj. Ceftriaxone - inj. Ranitidin - nebule penisilin - nebul flixonde - ambroxol - paracetamol B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret 2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 38,2°C C. INTERVENSI KEPERAWATAN/ RASIONAL 1. Pantau TTV 2. Beri posisi semi fowler 3. Beri O2 4. Pantau skala nyeri 5. Rencana Transfusi 6. Kolaborasi pemberian obat 7. Pantau suhu tubuh 8. Pantau pemberian cairan DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 1800 IMPLEMENTASI 1. Memantau tanda tanda vital 2. Memberi posisi semi fowler 3. Memberi o2 4. Memantau skala nyeri 5. Merencanakan transfusi 6. Mengkolaborasi pemberian obat 7. Memantau suhu tubuh 8. Memantau pemberian cairan EVALUASI SPasien mengatakan sesak nafas+,Nyeri dada+,muka pucat naik turun. OT36,4°C Skala nyeri 3 AMasalah belum tertasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN COIC RENAL DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CIRAN DIRUANG DAHLIA II RSU SIBOLGA Nama PasienTn .W Umur40 Tahun Jenis KelaminLaki-laki Tgl masuk Rs24/11/17 Diagnosa MedisColic Renal No Rekam Medis FOKUS Data SubjektifPasien mengatakan susah buang air kecil Riwayat penyakit sekarang Hal ini dialami selama ± 3 jam SMRS ,pasien merasakan susah BAK,nyeri didaerah selangkang-,Nyeri dibagian perut samping sebelah kanan belakang+,Nyeri bersifat Data ObjektifSenscompos mentis KepalaNormal TD110/70mmHg MataAnemia ,iktaka ,pupil isokor HR84x/i ThoraxSimetris RR24x/i Abdomensoccal,peristaltik T36,5°C Genetalia Laki-laki Pemeriksaan DiagnostikLabDarah rutin Hb/Leu/Pu/14,1/ Ur/u18/1,09 Terapi Yang Diberikan-Bedrest -Diet MII -IVFD RL -Bicnat -Inj Ranitidin -Inj ketorolac -Inf Cifrolaxim -Paracetamol DIAGNOSA KEPERAWATAN rasa nyaman nyeri b/d susah BAK yang ditandai dengan sakit pinggang KEPERAWATAN/RASIONAL 1. Pantau tanda tanda vital 2. Pantau skala nyeri 3. Kolaborasi pemberian obat DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 0700 IMPLEMENTASI 1. Memantau tanda tanda vital 2. Memantau skal nyeri 3. Mengkolaborasi pemberian obat EVALUAASSI SPasien mengatakan pinggang nyeri OT36,5°C Skala nyeri3 AMasalah keperawatan belum teratasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN DEMAM TYPHOID DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DIRUANG DAHLIA II RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur40 Tahun Jenis KelaminLaki-laki Tgl masuk Rs25/11/17 Diagnosa MedisDemam Typhoid No Rekam Mediss FOKUS Data SubjektifPasien mengatakan nyeri kepala Riwayat penyakit sekarangHal ini dialami sejak 1 minggu ini,menggigil,demam,dialami ± 2 minggu ini,nyeri kepala bersifat hilang timbul,demam+ hilang timbul,mual+,muntah+ frekuensi makanan yang dimakan,batuk- ,Bak+,BABmencret konsistensi air sama dengan sudah berobat kerumah puskesmas,tapi tidak ada perubahan. Data ObjektifSenscompos mentis KepalaNormal TD110/70mmHg MataAnemi-,iktaka HR84x/i ThoraxSimetris RR22x/i AbdomenSoepel,peristaltik T37,8°C Gentalia Laki-laki tidak dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan DiagnostikHb/Leu/Plt14,1/9200 Tubex test±4 Terapi Yang Diberikan-Bedrest -Domperidon -Diet MII -Ciprolaxim -IVFD RL 20 gtt/i -Inj Ciprotaxim -Inj ketorolac -Paracetamol -Inj Ranitidin DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh 37,8°C 2. Resiko kurangnya volume cairan b/dd kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh KEPERAWATAN/RASIONAL 1. Pantau tanda tanda vital 2. Pantau suhu tubuh 3. Kaji skala nyeri 4. Kolaboraasi pemberian obat 5. Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat 6. Pemeliharaan pemberian cairan parenteral 7. Monitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan 8. Observasi dan catat berat badan 9. Monitor pemberian cairan 10. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat 11. Beri obat antibiotik sesuai program DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 2100 IMPLEMENTASI 1. Memantau tanda tanda vital 2. Memantau suhu tubuh 3. Mengkaji skala nyeri 4. Kolaborasi pemberian obat 5. Menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap 6. Memonitor tanda tanda meningkatnya kekurangan cairan 7. Memonitor pemberian cairan 8. Mengurangi kehilangan cairan yang terlihat 9. Memberi obat antibiotik EVALUASI SPasien mengatakan demam OT37,8°C AMasalah belum teratasi PIntervensi dilanjutkan RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DIRUANG ICU RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur52 Tahun Jenis KelaminPerempuan Tgl masuk Rs24/11/17 Diagnosa MedisStroke Hemoragik No Rekam Medis17/34/56 FOKUS Data Subjektif-Penurunan Kesadaran -Kejang pada saat istirahat -Riwayat Darah Tinggi Data ObjektifSensSamnolen TD147/81 mmHg HR91x/i RR22x/i SPO294 T38,1°C Pemeriksaan DiagnostikLaboratoriumDarahtidak normal Terapi Yang Diberikan-Infus Rl 0,9% - Aspilet -Inj ceftriaxone -Ondansartan -Inj gentamicine -Syrup mucopat -Nebule Ventoline -Rethopyl -Paracetamol -Spironobetone DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d terputusnya aliran darah penyakit oklusi perdarahan,spasme pembuluh darah serebral,edema serebral 2. Ketidakmampuan mobilitas fisik b/d kelemahan neuromuscular,ketidakmampuan dalam persepsi kognitif KEPERAWATAN /RASIONAL 1. Monitor dan catat status neurologis secara teratut 2. Pantau tanda tanda vital 3. Pertahankan tirah baring 4. Beri lingkungan yang tenang 5. Ubah posisi tiap jam 6. Mulai latihan aktif/pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas 7. Evaluasi pemberian alat bantu pengatur posisi 8. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk DAN EVALUASI NO PUKUL 1. 2300 IMPLEMENTASI 1. Memonitor dan mencatat status neurologis 2. Memantau ttv 3. Mempertahankan tirah baring 4. Memberikan lingkungan yang tenang 5. Mengubah posisi tiap jam 6. Memulai latihan aktif/pasif rentang gerak sendi 7. Mengevaluasi gerak sendi 8. Membantu meningkatkan geraak sendi EVALUASI SPasien mengalami penurunan kesadaran OSensSamnolen TD147/81mmHg HR91x/i RR22x/i SPO294 T38,1°C AGangguan mobilitas fisik PMasalah belum teratasi RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA PASIEN DERMATITIS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN \DIRUANG ICU RSU SIBOLGA Nama Pasien Umur36 Tahun Jenis KelaminPerempuan Tgl masuk Rs28/11/17 Diagnosa MedisDermatitis No Rekam Medis FOKUS Data Subjektif-Pasien meracau -Seluruh badan memerah Data ObjektifSensApatis -TD110/70 mmHg -HR88x/i -RR24x/i -T37°C Pemeriksaan DiagnostikLab Hb8,9 Leu PLT Na149 K36 Cl109,0 Terapi Yang Diberikan-Bedrest -Paracetamol -O2 l/i -Pasang Ngt/Kateer -KGD stick -Infus Rl -Inj methylprednison -Inj Ranitidin DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan integumen kulit b/d proses alergi ditandai dengan seluruh badan memerah KEPERAWATAN /RASIONAL ttv Uop O2 skala nyeri DAN EVALUASI NO 1. PUKUL 2300 IMPLEMENTASI EVALUASI ttv S Uop O2 skala OSensApatis nyeri TD110/70mmHg HR88x/i RR24x/i T37°C AMasalah Belum Teratasi PIntervensi dilanjutkanUofVkcz.